Cerita Pemuda Tersesat!

Juliastrioza
2 min readMay 23, 2022

Tersebutlah seorang pemuda yang tampan. Usianya 20 tahunan. Banyak kawannya, kaya orang tuanya.

Semua kendaraan yang diperlukan dimilikinya. Ada mobil, sepeda motor, dan sepeda. Ke mana dia ingin pergi, tinggal pilih mau kendaraan apa yang akan dikenakannya. Dia tidak memikirkan tentang uang, kesusahan, kemelaratan, atau corak ujian yang mungkin menimpanya.

Suatu hari dia berangkat ke pasar, menggunakan sepeda terbaru yang dipunyainya. Sepeda itu bagus, yang terbaik yang pernah ada. Namun, dia kesusahan mengangkut barang-barang yang berjibun dibelinya. Akibatnya, dia pulang lagi dan membawa sepeda motornya ke pasar.

Lega dan gembira hati pemuda itu. Barang-barang yang tadi sudah dibelinya akan dengan mudah diangkutnya pulang menggunakan sepeda motornya. Sepeda motor itu besar, ruang penyimpanannya seukuran semangka besar (yang terbesar yang bisa dibayangkan).

Semua barang itu sudah dibawanya ke motornya. Lantas, dia mulai menjalankan motornya. Akan tetapi di jalan pulang itu, teringat pula olehnya barang-barang lain yang harus dibeli. Termasuk segala barang titipan kawan-kawannya yang memang menaruh kepercayaan tinggi padanya. Ujungnya dia merasa tidak enak. Meneruskan pulang, dia tak hendak. Tidak lama, dia pun memutuskan untuk kembali ke pasar membeli barang-barang yang masih tertinggal.

Dia tahu, motornya yang besar ini masih menyisakan ruang untuk meletakkan barang-barang yang masih belum dibelinya.

Akhirnya, pemuda itu kembali mengitari pasar. Dia sungguh gembira, karena tidak lupa dengan apa yang memang seharusnya tidak dia lupakan.

Tampaklah olehnya kemudian segala sesuatu yang akan dibelinya. Itu amatlah menarik hati dan jiwanya. Tersebab uang yang berlimpah, segera saja dia membeli seluruh barang-barang itu tanpa ada negoisasi. Tanpa ada tarik ulur. Berapa yang ditawarkan penjual, uangnya langsung mengucur deras. Jika si pembeli lambat mengembalikan uanganya, dengan murahnya dia berlalu pergi.

Satu setengah jam lamanya pemuda itu berkelok-kelok di pasar. Seolah-olah dia sendirilah yang ada di pasar itu sebagai pembeli. Orang lain hanyalah kutu-kutu kecil. Dialah sang gajah yang tak bisa disamai kebesarannya. Menengok dia ke kiri dan ke kanan, rasanya sudah tidak ada lagi yang tertinggal. Di tutupnya dompetnya yang amatlah tebal itu. Dimasukkannya ke dalam tas seraya meminta seorang kuli angkut untuk membawa segala barang-barangnya ke tempat parkiran motornya yang besar itu.

Bayaran kuli angkut itu lumayab besarnya. Bukan yang paling besar, karena si pemuda malas membayarnya. Berkali-kali dia meminta turun harga, lambat laun kuli itu pun menyerah. Bersedia dibayar sesuai permintaan pemuda itu.

Sesampainya di parkiran, pemuda itu kaget. Dia ternyata tidak menyangka barang-barang yang dibawa oleh kuli angkut itu melebihi kapasitas motornya yang super besar itu. Tidak diduganya, motornya yang besar itu, tidak dapat memuat barang-barang yang telah dibelinya. Dia pun panik.

Bapak kan ada mobil super besar, bawa saja mobil itu. Begitulah kira-kira kata si kuli angkut itu tak berdosa. Tanpa pikir panjang, si pemuda itu pulang menggunakan gerobak dorong si kuli angkut, pulang, untuk menjemput mobilnya yang super besar!

--

--