Mandek!

Juliastrioza
2 min readJun 5, 2022

Itulah rasanya yang kembali terjadi belakangan ini. Seakan-akan buntu dan hilang akal apakah yang mesti ditulis. Di manakah letak ide itu? Apakah dia bersembunyi terlalu jauh dan dalam? Sehingga amatlah sulit untuk ditemukan.

Padahal tidak juga. Faktanya banyak sekali kejadian yang terjadi seminggu belakangan ini. Mulai yang terjadi pada diri sendiri, keluarga, rekan kerja, di media sosial dan pada kehidupan sehari-hari itu sendiri. Namun, tetap saja, belum dapat menulis lagi. Rasanya kata “konsisten” itu menjadi salah satu kata yang sukar dalam artian mewujudkannya.

Konsisten untuk menulis. Bermakna konsisten untuk membaca. Konsisten untuk meresapi dan mengambil pelajaran yang ditemui sehari-hari. Konsisten untuk mengidentifikasi dan mencari makna dalam sekumpulan peristiwa. Atau bahkan konsisten untuk mencari sudat pandang lain daripada tiap-tiap nuansa. Dan menulis akhirnya adalah buah dari seluruhnya. Bermasalah di proses sebelumnya, bermakna akan bermasalah pula pada hasilnya. Sebagaimana buah yang berkualitas dihasilkan dari proses serta penanganan yang baik terhadap pohonnya.

Idealnya, menulis menjadi sebuah usaha yang “sempurna”. Oleh karenanya, sebelum menulis, mesti memahami apa yang mau ditulis. Namun, tidak jarang pula, karena konsep itu pula, orang menjadi mandek dalam menulis. Menjadi tidak punya hasrat sama sekali, karena perasaan ketidakcukupan itu. Mau menulis, setelah semuanya sempurna. Apakah itu urusan wawasan dan pengetahuan yang ingin dituangkan, ataupun sekadar masalah tanda baca, kata baku dan tidak baku.

Itu semua penting. Termasuk juga mendapatkan referensi yang lengkap tentang apa yang akan ditulis. Maksudnya harus ada semacam riset sebelum menulis sesuatu. Namun, di saat yang bersamaan tantangan-tantangan tersebut menjadikan niat menulis menjadi luntur. Hari terus berlanjut, beragam urusan terus datang silih berganti. Menulis tidak jadi.

Oleh karenanya, si penulis pemula ini menjadi semakin jauh dari tujuannya. Dia ingin jadi penulis, tapi, banyak kurangnya. Susah menambalnya. Berat rasanya. Ujungnya mandek!

--

--